Monday, January 27, 2014

Refleksi Seorang Bhikkhuni Hutan

Ayya Anandabodhi

Photo: Bellah lewat Compfight cc
Di budaya Barat, kita terkondisi sejak usia dini untuk menganggap diri kita sebagai manusia individu terpisah, yang unik, dan berbeda dari yang lain. Tentunya ini ada benarnya, tetapi seiring dengan keunikan dan individualitas kita ada pula keterhubungankita sepenuhnya dengan semua mahkluk dan semua hal di planet ini. Ini adalah suatu lompatan besar.

Setiap kali kita mengambil napas, kita berbagi nafas itu dengan setiap bentuk kehidupan lain yang bernafas! Sementara kita menghirup oksigen dan membuang nafas berisi karbon dioksida, pohon dan tumbuhan lainnya menyerap karbon dioksida yang dihasilkan dan mengeluarkan oksigen.

Ini adalah suatu simbiosis yang indah, tapi selama kita menganggap diri kita sebagai menjadi satu-satunya yang benar-benar relevan, kita sudah mengganggu keseimbangan itu.
Setelah menebang begitu banyak pohon di planet yang indah ini untuk keuntungan jangka pendek, kita menemukan diri kita tidak hanya kehilangan keagungan dan keragaman hutan, tapi kita menemukan diri kita dalam keraguan apakah akan ada udara yang tersisa untuk bernapas.

Thursday, January 23, 2014

Mengingatkan: Kursus online jarak jauh (E-learning) Penahbisan Para Bhiksuni


Tandai kalender anda! Universitas Hamburg's Numata Center for Buddhist Studies dan the Women in Buddhism Study Initiative membuka kelas e-learning online tentang Perspektif terhadap Penahbisan Para Bhikkhuni, Semester musim panas 2014.

Pendaftaran dimulai pada tanggal 1 Februari 2014


Kelas ini bertujuan untuk memberikan penelitian akademis terhadap pertanyaan hukum, berdasarkan studi materi Vinaya yang relevan, didukung dengan survei regional terbaru tentang situasi biarawati-biarawati dalam tradisi Theravada dan Mulasarvastivada.

Silahkan kunjungi link ini untuk informasi lebih lengkap tentang kelas ini.

Monday, January 20, 2014

Kewaspadaan dalam Buddhisme Modern: Pendekatan dan Pengertian Baru

Tamara Ditrich



Pendahuluan 
Meditasi kewaspadaan (sati dalam bahasa Pāli; smṛti dalam bahasa Sansekerta) adalah satu dari metode meditasi utama yang memainkan peranan menonjol dalam banyak praktek meditasi Buddhis tradisional dan modern. Penyebaran teknik-teknik meditasi Buddhis akhir-akhir ini di seluruh dunia telah memudahkan pengenalan akan [meditasi]  kewaspadaan ke dalam berbagai lingkungan baru, baik dalam peran tradisionalnya juga dalam peran barunya: sebagai suatu jalan menuju pembebasan spiritual dan pencerahan, sebagai suatu perangkat terapi, sebagai suatu teknik relaksasi dalam industri kesehatan, dll.

Walaupun Buddhisme modern, setidaknya hingga titik tertentu, telah mempertahankan aspek etis dan soteriologicalnya dalam praktek kewaspadaan, ada penekanan yang berkembang pada fungsi psikoterapisnya. Artikel ini menelusuri interpretasi baru mengenai kewaspadaan yang telah berkembang dalam beberapa dekade terakhir ini dalam cara-ara radikal dalam  praktek radikal, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah Buddhisme. 

Monday, January 13, 2014

Mengapung di Tengah Penderitaan

Jacqueline Kramer

Topan menghancurkan kota dan membunuh ribuan orang di Filipina, Haiti yang telah terkepung kesengsaraan mengalami kehancuran parah, ribuan pria, wanita dan anak-anak mengungsi dari rumah mereka di Suriah, anak-anak di Sudan diperbudak sebagai tentara dan pelacur—penderitaan tersebar luas di berbagai belahan dunia—pembunuhan antar ras, perampasan tanah, pemerkosaan dan bencana alam —sejak mulai berjalannya waktu.

Tetapi dulu manusia tidak terekspos pada penderitaan orang lain di luar komunitas kita sendiri sebanyak yang kita sekarang. Apakah hati kita manusia dirancang untuk menampung kesadaran akan penderitaan yang luas dan konstan yang dipasok setiap hari di dunia kita yang terhubung-berita? Apa yang manusia yang berhati harus lakukan? Kita tidak ingin menutup pintu hati kita. Kalaupun mungkin menutup pintu itu, hati kita sepertinya merembes melalui celah-celah sistem kontrol kita. Jika kita menutup rasa sakit, kita juga menutup kegembiraan. Hati yang tertutup tak peka terhadap perasaan. Namun tetap saja, kita tidak ingin terbenam oleh kesedihan. Kita tidak berguna bagi diri kita sendiri atau orang lain ketika kita dilumpuhkan kesedihan.

Monday, January 6, 2014

Kado Feminim Kudus

Bhikkhuni Santacitta



Prinsip-prinsip feminim dan maskulin adalah bagian tak terpisah dalam diri kita semua.

Interaksi dari kedua daya ini membentuk hidup sebagaimana yang kita kenali ini dan kita semua membawa kedua energi ini di dalam tubuh kita. Secara umum, tubuh wanita membawa lebih banyak energi feminim dan tubuh pria membawa lebih banyak energi maskulin, tapi ini tidak selalu terjadi dan ada variasi antara satu orang dengan yang lainnya. Namun, jika energi maskulin dan feminim ini tidak seimbang — ketika seseorang mendominasi dengan merugikan yang lainnya — ketidakharmonisan dan penyakit akan muncul.