Monday, May 26, 2014

Duduk, Bubu, Ayo Duduk

Sakula Mary Reinard

Photo oleh Jennagu
Salah satu hal yang saya sadari ketika pertama kali mencoba meditasi (seperti banyak orang lain) adalah pikiran mengoceh tanpa henti. Saya sangat terkejut dan kecewa pada bagaimana pikiran biasa, perasaan, atau sensasi bisa berhembus melalui pikiran saya dan tanpa ragu menggoda perhatian saya melalui bukit dan lembah, dan saya bertanya-tanya apakah pikiran dapat dilatih untuk duduk diam dan rileks?

Saya telah mempraktekkan meditasi sejak 1996, selama 18 tahun. Di tahun pertama latihan saya (saya tidak ingat siapa guru pada waktu itu) saya mengikuti petunjuk meditasi terpimpin yang menggunakan gambaran yang masih saya gunakan hingga hari ini. Gambar ini sungguh berhasil saat itu karena ia mendorong suatu sikap yang teguh, namun lembut—yang berlawanan dengan pikiran saya yang terbiasa menghakimi. Ini masih bekerja untuk saya karena latihan saya belum selesai. Saya akan melatih dengan cara ini...

Langkah pertama dalam melatih pikiran saya adalah untuk berkomunikasi dengannya seperti seekor anak anjing lucu yang suka dimanja. Ketika melatih anak anjing itu untuk duduk, kita menangkupnya di dalam kedua tangan kita, menatap matanya, mengarahkan  pantatnya ke lantai dan berkata "duduk." Dan ia akan melakukannya selama sekitar dua detik sampai bola debu melayang di hadapan matanya [dan menarik perhatiannya]. Mengangkat kembali anak anjing itu, saya dengan lembut memegangnya di kedua tangan, membawanya kembali ke tempat pelatihan, dan mulai lagi. . . dan lagi. . . dan lagi. Ketika melakukan itu, saya memperhatikan dan bergembira setiap detik perhatian anak anjing itu mengembangkan keterampilan barunya.

Meskipun terdengar lucu, saya menamai anjing imajinasi saya si Bubu. Dengan cara ini saya berlatih kebaikan dengan bubu-bubu kecil dari [pikiran] yang keluar dari topik. Ini hanya si bubu kecil, kembali ke sini, ayo sini. Itu saja, anak baik. Bubu, duduk.

Gambaran ini masih bekerja untuk saya secara alami ketika saya menyadari pikiran saya hampir atau telah berjalan-jalan ke pikiran-pikiran yang tidak sehat.  Ayo duduk, si Bubu, ayo duduk.

Luang Por berkata:

Belajar bagaimana bermeditasi, bagaimana mengembangkan pikiran adalah belajar bagaimana mengarahkan perhatian dengan cara yang terampil. Ke arah mana kita mengarahkan perhatian kita menjadi realita kita. Kita dapat mengarahkan perhatian kita kepada semua kekacauan di dunia di sekitar kita atau kekacauan drama pribadi kita—tapi kita tak harus melakukan itu. Kita dapat mengarahkan perhatian kita dengan cara lain; kita dapat belajar bagaimana untuk mengarahkan perhatian pada hal-hal yang sangat menenangkan pikiran, hal-hal yang kondusif bagi kedamaian, untuk kejernihan. Atau kita bisa mengarahkan perhatian ke hal-hal yang muncul, menyelidiki dan merenungkan mereka hanya sebagai perasaan.

Kutipan ini berasal dari sebuah esai yang saya rasa sangat berguna. Judulnya "Meditasi Pernafasan." Dalam esai ini, Luang Por menjelaskan enam belas langkah meditasi pernafasan (anapanasati) dalam istilah-istilah yang sangat sederhana dan nyata. Ini adalah studi yang layak untuk dicetak luas—instruksi-instruksinya jelas dan tepat untuk mengarahkan perhatian dan mendorongnya untuk tetap diam.

Instruksi set pertama berkaitan dengan tubuh, dan dua tahap pertamanya adalah hanya tentang mengenali nafas pendek dan mengenali napas panjang. Kemudian, setiap set dimulai dengan: "Bhikkhu itu melatih dirinya demikian. . . Saya akan melatih dengan cara ini. "

Body: (Badan)
short breath (nafas pendek)
long breath (nafas panjang)
experience whole body (mengalami seluruh tubuh)
calm bodily formations (menenangkan bentuk-bentuk tubuh)

Feelings: (Perasaan)
experience joy (mengalami sukacita)
experience happiness (mengalami kebahagiaan) 
experience mental formations (mengalami bentuk-bentuk mental)
calm mental formations (menenangkan bentuk-bentuk mental)

Mind: (Pikiran)
experience the mind (mengalami pikiran)
gladden the mind (meringankan pikiran)
concentrate the mind (menyatukan pikiran)
free the mind (membebaskan pikiran)

Dhammas: (Dhamma)
contemplate impermanence (mengamati ketidakkekalan)
contemplate fading away (mengamati kepudaran)
contemplate cessation (mengamati penghentian)
contemplate letting go (mengamati pelepasan)


Anjali,

Sakula

Diadaptasi dan dicetak ulang dengan izin dari blog This Upasika Life (Maret 2014), Sakula Mary Reinard.


Sakula Mary Reinard: Direktur Spiritual

Sakula Mary Reinard adalah direktur spiritual dan guru di Portland Friends of the Dhamma. Pada tahun 1996 ia mengenal Buddhisme melalui pencarian internet yang mengantarkannya ke kelas pemula di Dharma Rain Zen Center di Portland. Satu tahun kemudian, ia mengunjungi Abhayagiri Monastery dimana Luang Por Pasanno dan Ajahn Amaro adalah kepala biara dan segera ia merasa seperti pulang ke rumah (Ajahn Amaro sekarang adalah kepala biara Amaravati Monastery). Luang Por menerimanya sebagai murid awam, dan akhirnya memberikan ia nama dalam bahasa Pali, Sakula, yang artinya “seseorang dari keluarga baik.” Pada tahun 2001, Sakula diundang oleh para Yang Mulia untuk bergabung dengan 11 orang lainnya dalam program latihan tiga tahun. Grup ini lulus pada tahun 2004 sebagai Community of Abhayagiri Lay Ministers (Pendeta Awam Komunitas Abhayagiri), atau CALM. Sakula adalah salah satu pendiri Portland Friends of the Dhamma pada tahun 2000, dan pada tahun 2006 PFOD menawarkan untuk mendirikan pusat pertapaan di area Portland untuk Sangha Abhayagiri yang sekarang berdiri sebagai Pacific Hermitage di White Salmon, Washington.

Photo pertama oleh Jennagu melalui Wikimedia Commons
Bio photo koleksi Sakula Mary Reinard, www.notjustus.com

No comments:

Post a Comment