Monday, May 26, 2014

Duduk, Bubu, Ayo Duduk

Sakula Mary Reinard

Photo oleh Jennagu
Salah satu hal yang saya sadari ketika pertama kali mencoba meditasi (seperti banyak orang lain) adalah pikiran mengoceh tanpa henti. Saya sangat terkejut dan kecewa pada bagaimana pikiran biasa, perasaan, atau sensasi bisa berhembus melalui pikiran saya dan tanpa ragu menggoda perhatian saya melalui bukit dan lembah, dan saya bertanya-tanya apakah pikiran dapat dilatih untuk duduk diam dan rileks?

Saya telah mempraktekkan meditasi sejak 1996, selama 18 tahun. Di tahun pertama latihan saya (saya tidak ingat siapa guru pada waktu itu) saya mengikuti petunjuk meditasi terpimpin yang menggunakan gambaran yang masih saya gunakan hingga hari ini. Gambar ini sungguh berhasil saat itu karena ia mendorong suatu sikap yang teguh, namun lembut—yang berlawanan dengan pikiran saya yang terbiasa menghakimi. Ini masih bekerja untuk saya karena latihan saya belum selesai. Saya akan melatih dengan cara ini...

Monday, May 19, 2014

Kontribusi Wanita Pada Buddhisme

Nona Sarana Olivia

Kelahiran Buddha, Pakistan (Gandhara) Abad ke-2 setelah masehi

Jurnal berjudul Sati Journal adalah publikasi oleh Sati Center for Buddhist Studies [di Amerika Serikat]. Pusat ini mendukung studi ajaran-ajaran Buddhis dengan perspektif yang menyeimbangi penyelidikan ilmiah dengan praktek meditasi serius. Dengan keyakinan bahwa studi dan praktik bekerja bersamaan dalam memperdalam latihan seseorang dan menunjang pencerahan, tujuan Sati Center adalah untuk membantu para peserta mengekslorasi teks-teks Buddhis asli dan mengapresiasi kekayaan tradisi dan ordo.

Pada musim gugur tahun 2011, saya sangat gembira ketika Gil Fronsdal dan Jeff Hardin meminta saya untuk menjadi editor tamu untuk satu edisi yang didedikasikan untuk para wanita di Buddhisme. Berikut ini adalah sinopsis dari pendahuluan di edisi ini. Dalam memilih tulisan [untuk dimuat], saya memutuskan untuk melakukan pendekatan pada topik wanita Buddhis melalui lensa tiga tema yang saling berhubungan: cendikia Buddhis zaman dulu, representasi simbolis tentang jender, dan pemimpin-pemimpin kontemporer yang penuh inspirasi. Edisi ini memuat esai-esai oleh Rita Gross, Noa Ronkin, Dawn Neal, Jetsunma Tenzin Palmo, Ajahn Amaro, dan Bhikkhu Analayo.

Monday, May 12, 2014

Jalan Tengah Buddha Menuju Pengetahuan: Menjembatani Sains & Spiritualitas

Susmita Barua

Semua pengetahuan sains itu provisional. Segala yang “diketahui” oleh sains, bahkan fakta-fakta paling umum dan teori-teori yang telah lama ada, tetap terpapar pada studi ulang ketika informasi-informasi baru muncul.
—editorial Scientific American, Desember 2002

Kebanyakan pendidikan kontemporer kita didominasi oleh pandangan dunia sains materialistik Barat. Pandangan dunia ini menjadi landasan orientasi kognitif perorangan, kelompok, ataupun masyarakat. Pandangan dunia ini melingkupi seluruh pengetahuan masyarakat dan sudut pandang masyarakat termasuk filosofi alam, Dhamma, etika, dan tata krama. Pandangan dunia berkembang dalam konteks bahasa, kultur, dan niaga. Ia mengkondisikan pola pikir umum, model mental, persepsi, dan kebiasaan manusia dalam membuat pilihan. 


Oleh karena itu, menamai jalan kuno yang ditemukan oleh Buddha yang telah memutar Roda Dhamma sebagai Jalan Tengah menjadi penting maknanya. Jalan yang moderat dan bijaksana ini Jalan Mulia Berunsur Delapan: “Menghindari kedua ekstrim [dari pemanjaan-diri dan dari penolakan-diri, dan dari segalanya-ada dan segalanya-tak-ada]. Jalan Tengah yang diketahui oleh Tathagata—menghasilkan visi dan pengetahuan—mengantar pada ketenangan, pada pengetahuan melalui pengalaman sendiri, pada pengertian langsung [melalui pengalaman sendiri], pada pencerahan diri, pada ketidakmelekatan.”(1) Tulisan ini mengadvokasi pandangan bahwa Jalan Tengah dapat ditemukan kembali saat ini sebagai jalan menuju pengetahuan yang dapat menjembatani jurang antara pandangan sains material and sains spiritual. 

Monday, May 5, 2014

Bagaimana Kami Tampil : Bercerita, Membangun Pergerakan, dan Kesunyataan Mulia Pertama

Mushim Ikeda

Proyek Keterlibatan Komunitas yang didirikan oleh Yemi Olu berusaha untuk membawa perubahan di dunia
dengan menjangkau orang-orang. Mereka mengumpulkan kisah-kisah di luar Chinatown Metro di DC.
Foto oleh Victoria Pickering.

Bagi saya, sering ada potongan gambar (puzzle) yang penting hilang dalam dialog-dialog Buddhis yang terlibat secara sosial, dalam kedua dialog baik tatap muka maupun terutama secara online saat dimana kita menyuarakan pendapat kita. Sekarang ini saya sangat merasakan bahwa ada penderitaan yang rupanya tak terlihat dikarenakan oleh linearitas dan ketidak-berwujudan di forum-forum aktivis online,  dan saya bertanya-tanya adakah strategi-strategi pengaturan dan metode-metode pembangunan – gerakan yang dapat menyikapinya. Bagaimana kita bisa saling  melihat, mendengar dan merasakan satu sama lain dengan lebih jelas dikala kita berusaha mencari tahu bagaimana memulai gerakan perubahan sistematis dalam kekuasaan dan dominasi  sistem global yang rumit? Jadi  bagaimana kita tampil dan berhadapan satu sama lain ketika kita mengekspresikan pandangan-pandangan kita? Adakah waktu dan ruang serta dukungan untuk pilin mendongeng dan berbagi?