Monday, January 19, 2015

Mengatasi Keraguan Melalui Pengalaman Langsung

Shaila Catherine

Apakah anda pernah dapati diri sendiri menolak—atau mungkin meragukan—realita dari hal-hal yang belum anda alami sendiri?

Dalam Majjhima Nikaya, ada satu cerita tentang orang yang terlahir buta yang tidak bisa melihat gelap maupun terang, bentuk-bentuk berwarna, atau bintang, matahari, maupun bulan, dan dia bilang: “Saya tidak mengenal mereka. Saya tidak melihat mereka. Oleh karena itu, mereka tidak ada.”

Orang buta ini menolak apa pun yang di luar pengalamannya sendiri. Tendensi ini—untuk meragukan apa yang belum dialami—adalah hal yang cukup umum di lingkungan Dhamma Barat. Contohnya, saya mendengar orang mendiskon potensi stabilitas jhana—bersikukuh bahwa tidak mungkin untuk terampil dalam kondisi-kondisi konsentrasi stabil seperti itu di zaman sekarang ini. Saya juga mendengar orang-orang menyatakan keraguan terhadap kemungkinan terbebaskan dari keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan.

Beberapa orang, meskipun tertarik pada Dhamma, berpikir bahwa pencerahan sempurna hampirlah tidak mungkin di dunia saat ini. Tetapi hanya karena kita tidak menemukan orang-orang yang tercerahkan di lingkaran teman-teman kita tidaklah berarti kita harus melepaskan harapan untuk pencerahan dapat terjadi pada orang-orang seperti kita.

Monday, October 13, 2014

Menemukan Buddhisme di Bangladesh

Stav Zotalis

Stav bersama ayahnya
Perjalanan saya ke Buddhisme sungguh tak disangka. Saya lahir di keluarga migran Yunani Ortodoks 48 tahun lalu. Meskipun dilahirkan di Sydney, Australia, rasanya seperti tinggal di desa Yunani. Saya berbahasa Yunani di rumah, kebanyakan teman saya adalah orang Yunani, saya menghadiri sekolah Yunani (sesudah sekolah berbahasa Inggris reguler), menghadiri sekolah minggu Yunani Ortodoks, menari tarian Yunani, makan makanan Yunani, memimpikan impian Yunani (yaitu menikah dengan pria profesional Yunani, dua anak, pekerjaan dengan gaji tinggi, dan rumah dua lantai di daerah bagus). Pendeta Yunani Ortodoks memainkan peranan penting dalam hidup saya, meskipun pengaruhnya lebih pada moral dan sosial daripada spiritual. Ia membaptis saya, mendirikan sekolah Yunani yang saya hadiri, dan selalu hadir dalam acara penting seperti Natal, Paskah, pernikahan dua kakak perempuan saya kepada pria profesional Yunani, dan sayangnya, juga pada penguburan ayah saya ketika saya berusia 29 tahun.

Monday, September 29, 2014

Waktu, Mereka adalah Sebuah Perubahan

Venerable Damchö Diana Finnegan

Yang Mulia Dalai Lama memberikan ceramah utama pada pembukaan acara “Sebuah pertemuan tradisi spiritual yang beragam di India” di New Delhi, India pada tanggal 20 September 2014. Foto oleh Tenzin Choejor/OHHDL
Pada tanggal 20 September 2014, selama diskusi meja bundar pertama konferensi antar agama dengan judul “Sebuah Pertemuan Beragam Tradisi Spiritual di India – Mempromosikan Nilai Kemanusiaan dan Keharmonisan Antar Agama,” yang diadakan di Delhi, India, Yang Mulia Dalai Lama berbicara untuk mendukung perevisian aturan yang menyatakan bahwa biarawati harus duduk di belakang biarawan, bahkan jika biarawati tersebut telah ditahbiskan sebagai Bhikkuni, dan biarawan tersebut masih pemula [samanera]. Pertemuan Beragam Tradisi Spiritual di India, yang diinisiasi oleh Yang Mulia Dalai Lama sendiri, berlangsung selama dua hari, termasuk rapat paripurna tentang “Pemahanan Antar Agama dan Nilai Kemanusiaan” dan “Lingkungan, Pendidikan, dan Masyarakat.”

Monday, September 15, 2014

Pulang

Anja Tanhane


 "Pulang itu seperti mengecilkan volume, sehingga saya bisa mendengar diri sendiri lagi."
Steve Jampijinpa, dari dokumenter, Milpirri, Winds of Change

Monday, September 1, 2014

Ikut Aku

Stephanie Mohan

 
Tanpa tubuh

bergetar

di luar

sana.

Makhluk kosong ini

telah melihat segala.

Pikiran dan rupa berlabel

dikondisikan karma.

Tak mengetahui penyebab lampau

menderita sekarang.

Tak tahu, tak lihat, tak di sini, tak di sana.

Bukan ini, bukan itu.

Monday, August 4, 2014

Revolusi Bhikkhuni: Feminisme Religius dalam Buddhisme Thai

Tanaporn Pichitsakulchai


Brisbane, 15 Juni 2014 (Alochonaa): Karena sebagian besar masyarakat Thailand menganut Buddha Theravada, agama di Thailand tidak diragukan lagi berperan besar untuk identitas Thailand dan kehidupan sehari-hari. Dalam lingkup agama, wanita Thailand dibatasi secara tradisional ke peran umat awam wanita (upasika) dan Mae chi (biarawati Buddhis delapan sila) dalam konteks umat Buddha Thailand. Di luar Buddhisme, secara tradisional peran wanita dibatasi sebagai istri dan ibu. Dalam beberapa dekade terakhir telah ada upaya untuk menghidupkan kembali penahbisan bhikkhuni (biarawati) dalam Buddhisme Theravada Thai, meskipun upaya ini ditentang oleh Sangha Thailand dan komunitas agama yang lebih luas.

Monday, July 21, 2014

Merayakan sebuah kehidupan yang dijalanin dengan baik: Kenangan Saudari se-Dharma Mettapanna Nancy Gil

Semua yang berkondisi adalah tidak kekal,
muncul dan lenyap;
 ketika kebangkitan dan kehilangan juga berakhir,
ini kemudian, adalah kebahagiaan dari kedamaian sejati.
***

Teman-teman tercinta,

Saya tidak menulis kepada Anda untuk waktu yang lama tampaknya. Kepada Anda yang tidak saya temui belakangan ini, saya berharap perubahan dari musim semi ke musim panas membuat Anda baik-baik saja, jalan membentang dimana pun Anda berada, indah, dengan cara yang tepat untuk Anda.